Senin, 28 September 2015

Dongeng Of Mat Gondes ( Bagian 3 #Tamat# )

Sebelumnya di Dongeng Of Mat Gondes ( Bagian 2 )

"Iya, Yah.." jawabnya sambil dengan kepala menunduk.


Selanjutnya di Dongeng Of Mat Gondes ( Bagian 3 #Tamat# )



Setelah Ayah dan Ibunya beranjak meninggalkan kamar itu Mat Gondes merbahkan tubuh di tempat tidur untuk mencoba kembali mendatangi lelap yang sempat terusik.

Setelah beberapa menit berlalu ia benar-benar terseret dalam lautan lelap yang memang ingin didatanginya.

Tiba-tiba suara bising mencabik pendengaran Mat Gondes yang tengah lelap dalam tidurnya. Perlahan ia membuka mata untuk melihat sekeling dan mencari sumber kebisingan yang mengganggu tidurnya.


"Haahh, Lhoh?!"

Dengan mengerjapkan matanya berkali-kali untuk memastikan bahwa yang dilihat benar-benar seperti yang dilihatnya.


"I..ini aku ngapain di sini?"

Ia tak bisa percaya apa yang dilihatnya karena tiba-tiba saja ia berada di tepi jalan tanpa tahu kenapa ia berada di sana.


"Bentar deh, tadi aku mimpi buruk terus tidur lagi terus..... Eh, kenapa sekarang udah siang ya? Apa iya ini mimpi, tapi kok otakku jernih banget.."

Ia menebar panadangan ke sana ke mari.


"Oooww..."


Kini ia tahu sumber suara bising yang mengusiknya adalah karena insiden tertabraknya reorang pengendara sepeda motor oleh mobil bak terbuka berwarna kuning.


Puluhan orang tampak mengerumuni TKP, namun Mat Gondes hanya memandangi dari bagian lain sisi jalan raya. Tak lama ambulan datang menghampiri kerumunan, lalu si pengendara sepeda motor yang tadinya terhampar di tepi jalan diangkat dan dimasukkan ke dalam ambulan yang kemudian berlalu membawa pengendara sepeda motor meninggalkan kerumunan.



( Assolatukhoirumminannaum...! ) tiba-tiba Mat Gondes mendengar teriak azan subuh yang membuatnya setengah terperanjat.

"Haahh!! Kok ada azan subuh..." ucapnya.

Mendadat matanya terasa berat lalu semua gelap. Ia merasakan suhu agak tinggi menjalar terburu-buru dari dada menyebar ke sekujur tubuh diikuti detak janjung yang berpacu tak menentu membuat napasnya tersengal.

"Maaatt...! Ini sudah masuk subuh kalau tidak bangun nanti kamu bisa ketinggalan subuh loh.." suara ibunya menggema lembut dari luar kamar.

"Iya..." jawab Mat Gondes dari dalam kamar.


Mat Gondes terduduk di tempat tidurnya dengan wajah bingung.

"Aneh banget..."



_ _ _ _ _* * *_ _ _ _ _



Mat Gondes sedang berjalan santai di halaman sebuah gedung. Tiba-tiba ia merasa punggungnya terasa hangat dan muncul rasa gelisah dengan suatu di belakangnya seperti ada sosok yang menguntit di belakangnya. Akhirnya ia membalikkan tubuhnya dengan cepat.

"Eh, yaahh ketahuan duluan..." ucap seorang teman yang berdiri di belakangnya.

"Eegh!! Ngapain sih pake nguntit-nguntit dari belakang, ngagetin orang aja..." ucap Mat Gondes.


"Hehee engga tadi cuma mau ngagetin aja eh malah udah ketahuan. Udah mau pulang ya?" tanya temannya.

"Iyalah aku udah ga ada kuliah lagi abis ini ngapain di sini. Ya udah ah, duluan ya..!" jawabnya sembari meninggalkan temannya yang masih berdiri di tempatnya.


"Ok..."

Setelah mendatangi sepeda motornya Mat Gondes pun menghidupkan mesin motornya kemudian bergerak meninggalkan tempat itu.


Saat memacu sepeda motornya Mat Gondes teringat pesan ibunya untuk membeli makanan karena ibunya tengah menghadiri sebuah acara dan baru pulang sore hari.

"Beli apaan ya..."


Ia menebar pandangan ke sekeliling mencari penjual makanan.

"Hmmm ini ni mantap ni nassi padang ( siul ) "


Mat Gondes pun memarkirkan sepeda motornya lalu beranjak memasuki rumah makan yang terlalu besar itu. Saat ia berjalan tampak seorang pria tua mengenakan sarung dan berpeci hitam memandanginya kemudian Mat Gondes melempar seulas senyum sambil sedikit menundukkan kepala kepada pria tua itu, dan pria tua itu menanggapi dengan hal yang sama.

Mat Gondes memasuki rumah makan itu kemudian mesan dua porsi untuk dibungkus. Kemudian ia mendatangi salah satu tempat kosong yang masih ada untuk menunggu pesanannya.


Setelah menunggu sekitar 10 menit akhirnya pesenannya datang, kemudan setelah membayar pesanannya Mat Gondes beranjak dari tempat duduknya. Sesampainya di luar ia berjalan menuju sepeda motornya yang diparkir tak terlalu jauh, saat itu ia kembali melihat pria tua berpeci hitan yang dilihatnya saat memasuki rumah makan itu.


( BRAAAKKK....!!! ) tiba-tiba terdengar bunyi tabrakan yang lumayan keras. Orang-orang yang ada di sekeliling berbondong-bondong mendatangi asal suara, ada yang berlari tergopoh-gopoh, ada yang berlari pelan, ada yang berjalan santai, ada juga yang hanya menolehkan kepalanya kemudian melanjutkan aktivitasnya. Mat Gondes berjalan melewati pria tua tadi untuk mencari posisi yang lebih leluasa untuk melihat namun tak perlu sampai mendatangi tempat kejadian.

Tiba-tiba Mat Gondes berdiri mematung dengan mata membelalak, jantungnya berdegup tak beraturan, dari dadanya muncul hawa panas yang menjalari tubuh hingga ubun-ubun, rambut-rambut halus di sekujur tubuhnya terasa berdiri. Tampak mobil bak terbuka berwarna kuning terhenti sementara di depannya orang-orang berkerumun memandangi seseorang tergeletak dan tak jauh darinya terlihat pula sepeda motor yang tak lagi utuh.

"Tidak, tidak, tidak mimpi hanyalah mimpi tidak lebih..." pikirnya.


Mat Gondes mencoba menenangkan dirinya. Ia menarik napas panjang kemudian menghembuskannya perlahan.

"Ok, akan kuanggap ini hanya kebetulan yang teramat sangat langka dalam hidupku. Itu saja tidak lebih tidak kurang.." pikirnya.


( pleukk! )

"Hhhgg!!!"

Ia sangat terkejut hingga napasnya tercekat karena tiba-tiba ada tangan yang menempel di pundak kanannya. Saat ia menoleh, ternyata itu adalah tangan dari pria tua berpeci hitam tadi.

"Terkadang yang kau tahu cukup hanya kau saja yang tahu.." ucap pria tua itu mengisyaratkan bahwa ia tahu sesuatu.

Mat Gondes hanya terpaku memandang pria tua itu tanpa sepata kata keluar dari mulutnya.

( glek )

"Siapa orang ini??" pikirnya.


Setelah menarik tangannya dari pundak Mat Gondes pria itu berlalu meninggalkannya berdiri mematung. Mat Gondes memutar pandangannya pada kerumunan di seberang jalan, kini tampak ambulan tengah berhenti sementara beberapa orang membantu memasukkan korban kecelakaan itu ke dalam ambulan. Lalu ambulan bergerak meninggalkan kerumunan yang mulai membubarkan diri satu persatu. Mat Gondes kembali memutar pandangan ke arah perginya pria tua berpeci tadi, namun yang terlihat hanyalah kantog plasti berwarna biru yang bergerak diterpa angin.

Mat Gondes mendatangi sepeda motornya. Kemudian menungganginya namun ia terdiam, terlihat dari raut wajahnya ada tanya yang menggelayut binal di benaknya. Lalu ia menarik napas dalam-dalam kemudian menghembuskannya dengan cepat.


Di hidupkannya mesin motor yang ditungganginya lalu dijalankan perlahan.

"Hanya sebuah kebetulan!" ucapnya pelan namun tegas.

Samar-samar terlihat asap kebiruan meliuk-liuk terbelai angin hingga lama-lama ia tercerai-berai dan lenyap dari pandangan.



_ _ _ _ _ _TAMAT_ _ _ _ _